Sukamahi, 24 Desember 2021
Aku bersiap-siap di kosanku untuk berangkat kerja. Pagi itu aku terbangun sekitar pukul 6, lalu aku bergegas untuk berdoa, mandi, dan berpakaian. Kulihat jam di handphone-ku sudah menunjukkan pukul 06.45, jadi aku terburu-buru memakan roti untuk sarapan, minum, lalu keluar dan mengunci pintu kamar. Kujejalkan kakiku ke dalam sepatu lalu berlari kecil ke luar kosan. Jam di handphone menunjukkan pukul 06.55. Sinar matahari langsung menerpa wajahku, membuatku menyipitkan mata karena silau.
Hari itu tepat sehari sebelum Natal dan keluargaku sedang pulang kampung.
Hush, pikirku. Bukan saatnya untuk memikirkan itu. Berangkat ke kantor agar tidak terlambat lebih penting untuk dipikirkan saat ini.
Aku bergegas menuju motorku yang kuparkir di depan kosan, duduk di atasnya, dan membawanya melaju menuju kantor. Estimasi perjalanan dari kosan ke kantor memakan waktu sekitar hampir 30 menit. Perjalanan itu membawaku melintasi berbagai lokasi, dari kompleks perumahan ke jalan raya luas menuju daerah pabrik.
Pikiran bahwa besok sudah hari Natal dan aku tidak akan bersama dengan keluargaku kembali terlintas di benakku saat membawa motor ke kantor. Aku tidak benar-benar sedih, tidak, tapi aku tidak bisa berbohong bahwa aku tidak kesepian. Natal jadi satu momen keluarga yang dulu tidak begitu aku sadari hingga sekarang. Apalagi lima bulan terakhir ini terasa begitu berat kujalani di kantor. Lima bulan yang benar-benar menguras mental dan emosiku. Seandainya saja aku punya cuti...
Aku mengusir pikiran tadi dengan bernyanyi sambil mengendarai motor. Tidak ada gunanya mengasihani diri sendiri. Kecepatan motorku awalnya normal ketika baru keluar kosan, lalu melambat karena sedikit macet, kemudian menjadi lebih cepat ketika melewati jalan yang lebih lebar.
Saat itu aku sudah berada di daerah Sukamahi, hanya tinggal 10 menit lagi sampai ke kantor. Di depanku ada mobil yang melaju agak lambat daripadaku, dan aku melihat ada celah di sisi kanannya untuk kuambil. Kuarahkan stang motorku ke kanan untuk mendahalui mobil di depan dengan kecepatan yang lebih tinggi... hanya untuk menemukan bahwa sisi kanan jalan tersebut tidak rata dan motorku persis melaju menuju lubang kecil di jalan itu.
Brak!!
Hal berikutnya yang kuketahui adalah aku berada dalam posisi setengah merangkak dan setengah terkapar di jalan, motorku terjatuh di sebelah kiriku. Jalan itu adalah jalan menuju daerah pabrik di mana banyak truk dan kendaraan lainnya yang sering melaju kencang. Refleks aku menoleh ke belakang untuk menerima takdirku.
Tapi tidak ada orang tuaku di sini.. apa kata mereka jika nanti mereka kembali dan mendapati anak perempuannya sudah tidak ada lagi?
Mobil di belakangku melaju semakin dekat dan mataku tertuju pada roda-rodanya yang berputar.
Ya Tuhan, aku berserah kepada-Mu.
Atau apakah ini akhirnya, Tuhan, setelah sekian lama aku menderita?
Roda-roda mobil itu terus berputar, namun melambat dan perlahan-lahan berhenti. Mobil itu berhenti beberapa meter tepat di belakangku.
Aku menghembuskan napas lega yang langsung digantikan dengan kernyit kesakitan karena nyeri di siku kanan dan kedua lututku. Orang-orang sekitar langsung membantu, ada yang menolongku berdiri dan ada yang membawakan motorku ke pinggir jalan.
"Kamu gapapa? Masih bisa bawa motor 'gak?", tanya seorang bapak yang membawa motorku ke pinggir jalan.
"Iya, Pak, gapapa. Cuma luka sedikit, saya masih bisa bawa motor, kok," jawabku sambil melihat kondisi siku kanan dan kedua lututku. Siku kananku nyeri tapi sekilas tidak terlihat terluka karena tertutup jaket, namun lutut kiriku terbuka dan berdarah; ternyata kain celanaku sobek karena bergesekan dengan aspal saat jatuh. Lutut kananku tetap tertutup kain celana namun terasa nyeri sekali.
"Hati-hati, Neng, di sini banyak lobang. Pelan-pelan bawa motornya ke kantor," kata bapak itu.
"Iya, Pak. Makasih banyak ya, Pak!" seruku sambil menyalakan motor dan mulai melaju pergi melanjutkan perjalanan ke kantor.
Kubawa motorku menuju kantor dengan perasaan hampa. Bingung. Kosong. Tidak ada jantung yang berdegup kencang. Perasaan yang sama yang kurasakan selama beberapa bulan belakangan ini di kantor.
Kalau mobil tadi tidak berhenti di belakangku, apa yang akan terjadi ya? Apakah semuanya akan lebih baik?
Sampai di kantor, aku menjalani pemeriksaan oleh tim K3 kantor dan lukaku dibersihkan oleh mereka. Aku disarankan untuk pulang jika tidak kuat, tapi aku memutuskan untuk tetap bekerja sampai tuntas hari itu karena ada persiapan penting yang perlu kulakukan. Sampai Malam Natal hampir tiba dan aku terburu-buru pulang untuk pergi ke Gereja dekat kosan.
Gereja penuh sesak, namun aku berhasil mendapatkan satu tempat duduk untuk beribadah di dalam Gereja. Sedikit terlambat, namun aku masih mendapat kesempatan untuk mengikuti penyalaan lilin dan mendengarkan khotbah. Aku menatap lidah api pada lilinku dengan sendu.
Aku tidak bisa memproses apa yang terjadi hari ini dengan benar; pikiranku terlalu penuh dengan segala hal yang selama ini terjadi dan harus aku hadapi. "Kenapa?" adalah pertanyaan yang tak kunjung kudapatkan jawabannya.
Kenapa, Tuhan?
Kenapa harus sesusah ini?
Kenapa aku jadi menangis hampir setiap hari?
Kenapa teman-temanku hidupnya lebih enak dariku?
Kenapa ini semua harus terjadi?
Kenapa tadi pagi aku harus jatuh dari motor?
Kenapa tadi pagi mobil itu berhenti di belakangku?
Kenapa aku harus sendirian di Malam Natal ini?
Tes.. tes.. tes.. air mataku jatuh di ibadah Malam Natal tanggal 24 Desember 2021.
***
Aku memang tidak mengingat khotbah yang dibawakan oleh pendeta di sana, tapi perenungan di Malam Natal itu adalah awal bagiku untuk memandang pada Tuhan. Keesokan harinya, di hari Natal, aku melihat ada satu playlist di Spotify-ku yang pernah kubuat di tahun 2020. Playlist itu tidak pernah kuputar sejak beberapa bulan setelah kubuat. Aku melihat salah satu lagu yang kusimpan di dalamnya berjudul Overcomer yang dinyanyikan oleh Mandisa. Aku pun memutar lagu itu.
You’re an overcomer Stay in the fight ‘til the final round You’re not going under ‘Cause God is holding you right now You might be down for a moment Feeling like it’s hopeless That’s when He reminds You That you’re an overcomer You’re an overcomer
Lagu itu yang menemaniku menjalani pekerjaan selama beberapa hari ke depan hingga akhirnya aku tidak dilanjutkan bekerja di sana. Banyak hal yang kualami selama menuntaskannya, terutama emosi dan mentalku yang tidak stabil. Aku melewati berbagai tahapan duka akan perpisahan dan penyesalan, tapi aku menjadi lega karena mendapatkan jawaban terbaik dari Tuhan.
Namun anxiety akibat "dipaksa" bekerja dan berbuah di bidang yang ternyata bukan passion-ku sangat menyiksaku walaupun aku sudah tidak bekerja di sana lagi; aku benar-benar tidak tenang saat membuka berbagai website lowongan kerja. Gemetar, takut, bingung, semua jadi satu. Masa depanku gimana, Tuhan? Aku harus gimana? Orang tuaku sudah menanyakan rencana selanjutnya mau bagaimana, tapi aku sama sekali tidak tahu. Yang aku tahu, aku terlalu lelah dengan segalanya dan aku ingin berhenti saja.
Konselorku menyarankanku untuk beristirahat selama sebulan dan merenungkan visi yang ingin kucapai di masa depan. Karena anxiety itu sangat menggerogotiku, aku mengikuti sarannya. Sebulan penuh aku tidak mencari lowongan kerja apa pun, bahkan ketika orang-orang memberikanku tawaran lowongan kerja karena tahu aku baru saja diberhentikan, aku tidak menghiraukannya. Sebulan penuh aku 'mengizinkan' Tuhan mengambil alih semuanya.
Sebulan itu Tuhan membukakan banyak hal bagiku: betapa berdosanya aku, betapa aku tidak seperti orang percaya di kantor itu, betapa banyak berhala yang orang-orang sembah di tempat kerja, dan berhalaku sendiri pun Tuhan singkapkan. Aku merasa malu dan bodoh sekali ketika menyadari hal ini, namun puji Tuhan, kasih karunia Allah cukup bagiku. Aku dipulihkan seutuhnya.
Setelah bergumul akan panggilan hidup, aku pun mulai mencari pekerjaan lagi. Puji Tuhan, Ia mencukupkan segala yang kubutuhkan. Bulan berikutnya, Tuhan memberikanku pekerjaan baru di tempat yang cukup terjangkau dari rumah sehingga aku tidak perlu menyewa kos. Jam kerja di tempat yang baru ini pun sangat sehat untukku. Tuhan memberikanku posisi di mana aku bisa mengaplikasikan ilmu dan pengalaman yang kudapatkan di kantor sebelumnya sekaligus bisa mengeksplor ilmu yang waktu kuliah dulu sangat kusukai namun tidak kupelajari secara mendalam.
Aku terjatuh begitu dalam di Sukamahi, tetapi tidak ada lubang yang terlalu dalam yang tidak bisa dijangkau oleh Dia. Ia datang dan mengulurkan tangan-Nya padaku. Aku menerima uluran tangan-Nya dan Ia mengangkatku, membersihkan luka-lukaku, merangkulku dan membawaku tinggal bersama Dia menjadi manusia baru di tempat kerja yang baru. Ia bahkan memberikan pelayanan baru kepadaku beberapa bulan setelah aku bekerja di tempat baru, di mana aku bisa melayani mahasiswa sambil belajar firman Tuhan. Sesuatu yang kupandang sebagai bagian dari rancangan Allah yang mempersiapkanku untuk panggilan hidup di masa depan.
Melihat ke belakang, aku menyadari bahwa penyertaan Tuhan sebenarnya sangat nyata selama aku di kantor itu, aku saja yang tidak benar-benar percaya dan tidak peka menyadarinya. Aku terlalu berfokus pada masalahku dan membandingkan diriku dengan orang lain hingga lupa bahwa aku punya Allah yang sejati. Sejujurnya, kupikir tidak ada alasan bagi Allah untuk menyelamatkanku yang tidak tahu diri ini. Tapi nyatanya, Ia tetap datang dan menyelamatkanku.
Beberapa pertanyaan "Kenapa?" di Malam Natal tahun 2021 sudah terjawab bagiku: Tuhan ingin aku mengalami sendiri siapa Dia dan ingin aku benar-benar mengikuti Dia dan melayani Dia dengan talenta yang Ia karuniakan. Aku terkadang masih bertanya-tanya mengapa Tuhan menghentikan mobil itu agar tidak menggilasku dari belakang. Sampai sekarang aku pun masih belum mengerti sepenuhnya, tetapi aku menyadari bahwa itu semua karena kasih. Karena kasih, Allah menyelamatkanku dan meneguhkan imanku. Karena kasih, Ia merancangkan masa depanku. Karena kasih, Ia mempersiapkanku untuk melakukan panggilan-Nya meskipun aku sama sekali tidak layak.
Aku percaya, Allah yang sama yang menyelamatkanku dari kecelakaan di Sukamahi juga akan menyelamatkanmu dari apa pun masalah yang kamu hadapi saat ini. Ia sanggup mengangkat, membasuh, dan memulihkanmu menjadi manusia baru yang utuh kembali. Karena, Ia mengasihi aku dan kamu.